Senin, 28 Januari 2013

RESENSI 7 Keajaiban REZEKI buku karya Ippho 'Right' Santosa




 Judul Buku : 7 Keajaiban Rezeki
Penulis : Ippho D. Santosa
Penerbit : Elex media Komputindo
Tanggal Terbit : April 2010
Jumlah Halaman : 192
Jenis Cover : Hard & Soft Cover
Kategori : Motivasi
Teks : Bahasa Indonesia

Rresentator : RED

Judul bukunya 7 Keajaiban Rezeki yang dibahas adalah 7 langkah-langkah ajaib untuk mempercepat datangnya rezeki. Kebetulan dengan pendekatan-pendekatan islami dan otak kanan. Katanya ketujuh langkah-langkah itu bisa disebut percepatan-percepatan, lompatan-lompatan, ataupun keajaiban-keajaiban.
Ke-7 keajaiban itu adalah :

Bab #1 Sidik Jari Kemenangan (Lingkar Diri)
Semua orang mempunyai sidik jari masing-masing. Tentunya sidik jari antara satu dengan yang lainnya berbeda. Di dalam sidik jari tersimpan sebuah kekuatan besar yang akan membawa kita menuju kesuksesan yang kita cita-citakan.
Mudah-mudahan dengan memanfaatkan itu kita bisa tahu kemenangan kita. Kalau istilah saya DNA (Dream and Action) yaitu jalan Keberhasilan.

Bab #2 Sepasang Bidadari (Lingkar Keluarga)
 Di sini Ippho menjelaskan kaitan antara LOA (Law of Atraction)  atau Hukum Tarik menarik dan Doa
Tahukah anda apa maksud Sepasang Bidadari ? Yang dimaksud sepasang bidadari adalah salahsatunya orangtua kita. Kita tidak akan pernah terlahir di dunia tanpa adanya orangtua. Orangtua adalah awal dari segalanya. Seluruh ridho Allah selalu ikut serta dalam ridho orangtua. Terutama bagi terbukanya pintu rezeki. Salah satu kiat lancarnya dan semakin terbuka lebarnya pintu rezeki kita yaitu dengan selalu menjaga hubungan baik dengan orangtua kita. Yang disebut dalam buku ini yang dimaksud Sepasang Bidadari itu adalah do’a orang tua dan do’a pasangan kita.
Ya itulah keajaiban. Dengan menyelaraskan impian kita dengan impian sepasang bidadari mudah-mudahan rezeki kita lebih cepat.

Bab #3 Golongan Kanan (Lingkar Diri)
Semua orang tentunya memiliki otak yang sama. Baik beratnya, jumlah sel, dan sebagainya. Hanya kualitas otak yang berbeda-beda. Otak seseorang dibagi menjadi 2 bagian yaitu otak kiri (golongan kiri) dan otak kanan (golongan kanan). Otak kiri berhubungan dengan ilmu pasti, algoritma, teratur. Otak kanan berhubungan dengan gambar, musik, imajinasi. Di dunia ini khususnya di Indonesia golongan kiri lebih mayoritas dibanding golongan kanan. Bagian ini sendiri menjelaskan pentingnya menggunakan otak kanan. Isinya kurang lebih sama dengan buku 13 Wasiat Terlarang - Dahsyat Dengan Otak Kanan. Mudah-mudahan dengan menggunakan kekuatan otak kanan dan menjadi golongan kanan kita jadi lebih berani, berpikir benar, dan kreatif.

Bab #4 Simpul Perdagangan (Lingkar Sesama)
Sebuah negara dibagi menjadi 2 yaitu negara berkembang dan negara maju. Negara berkembang yang ingin menjadi negara maju harus memiliki warga negara yang 2% bermatapencaharian sebagai pedagang atau pengusaha. Memang pada kenyataannya negara maju seperti Jepang dan Cina memiliki penduduk yang sebagian besar adalah pedagang. 9 dari 10 pintu rejeki itu ada di perdagangan. Nabi sendiri seorang pedagang. Harusnya kita jadi orang kaya dengan berdagang. Mudah-mudahan dengan mengaktifkan simpul perdagangan kita bisa menjadi pebisnis yang sukses.

Bab #5 Perisai Langit (Lingkar Diri)
Alam menyediakan segalanya untuk kebutuhan kita. Di dunia ini hukum sebab dan akibat memang berlaku. Maka dapat dikatakan ada hukum DOA dan LOA (Law Of Attraction). Apa yang kita berikan kepada alam, itulah yang alam akan berikan kepada kita. Jika dalam doa kita memberikan energi positif bagi alam, maka alam juga akan bereaksi positif terhadap kita. Ini juga salah satu keajaiban. Di sini Ippho banyak mengulas tentang sedekah. Dahsyatnya sedekah. Bagaimana membeli setiap kesulitan kita dengan sedekah. Mudah-mudahan dengan bersedekah rezeki kita semakin lancar dan semua kesulitan kita bisa teratasi.

Bab #6 Pembeda Abadi (Lingkar Diri)
Jika kita ingin menjadi golongan kanan dan menajdi pengusaha atau pemimpin untuk memajukan negara, kita harus memiliki ciri khas yang disebut pembeda abadi. Seorang pemimpin harus memiliki sesuatu yang berbeda dari orang lain. Untuk menjadi sesuatu yang muncul di antara mereka, kita harus memiliki pembeda abadi agar kita bisa diingat atau ditandai di benak banyak orang.  Differensiasi telah menjadi 1 dari 7 keajaiban rezeki. Agar sukses, kita butuh sesuatu yang berbeda. Memang differensiasi itu minta ampun pentingnya. Mudah-mudahan setelah mengamalkan Pembeda Abadi ini kita benar-benar bisa mencapai kesuksesan.

Bab #7 Pelangi Ikhtiar (Lingkar Diri)
Yang diamksud ikhtiar dalam ilmu keagamaan adalah berusaha dan berdoa. Dan pelangi, yang dimaksudkan ini adalah jika kita menggabungkan kiat dari yang pertama hingga yang ketujuh ini, akan membuat kita memiliki suatu kekuatan besar dan luar biasa. Satu hal lagi yang tidak boleh ketinggalan adalah sedekah. Dalam sedekah juga tersimpan energi yang tidak kalah penting dan sangat hebat. Jika seseorang ingin menjadi seorang dermawan dan kaya, tidak perlu dan tidak harus pusing menjadi sarjana atau pegawai negeri. Pelangi ikhtiar berisi 7 sikap (bias) yang dimiliki setiap pemenang. Terdiri dari impian, tindakan, kecepatan, keyakinan, pembelajaran, Integritas, dan keikhlasan. 7 Bias Pelangi ikhtiar itu benar-benar menyadarkan kita apa yang harus dilakukan untuk mencapai impian kita.
Kelebihannya:
Masih dengan gaya bahasa khas 'kanan'-nya buku ini sangat enak dibaca. Selain kualitas bukunya yang memang benar-benar dahsyat. Testimoni dari orang-orang yang telah mengamalkan 7 Keajaiban Rezeki juga bejibun. Dan bonus-bonus yang diberikan juga sangat bernilai mahal.

Kekurangannya.
Di bagian akhir buku ini, ada point "apa yang harus dilakukan sekarang". Maksudnya setelah baca ada panduan untuk langsung action. Hanya saja, terkadang panduan-panduang itu ada yang tidak begitu jelas. Misalnya dalam bab Golongan Kanan, salah satu panduannya tertulis "jadilah golongan kanan". Maksud saya kurang mengerucut apa yang harus dilakukannya. Saya tahu begitulah sifatnya otak kanan, tapi untuk sebuah bagian "Apa yang harus dilakukan" dari sebuah buku, sebaiknya jelas dan pasti




MERESENSI BUKU DAN CONTOH RESENSI SEBUAH BUKU

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membaca adalah kegiatan yang mendatangkan banyak manfaat.beruntung orang yang gemar membaca, diantaranya membaca buku. Mereka yang suka membaca buku akan memperoleh banyak informasi sehingga akan menambah pengetahuan dan wawasan yang luas. Informasi tentang buku baru yang sering dimuat di surat kabar atau majalah yang berupa artikel resensi.
Orang yang menyukai aktivitas membaca, hasilnya, mereka tidak akan berpikir sempit ketika menghadapi masalah-masalah yang sedang dialaminya. Serta mempunya potensi dan kecenderungan yang bijak dalam menyikapi kejadian-kejadian sehari-hari disekitarnya. Tapi, bagi orang yang ingin berbuat lebih dan mau berbagi ilmu kepada orang lain, membaca saja tidak cukup. Mereka perlu memiliki keterampilan lagi yaitu ketrampilan meresensi buku. Oleh karena itu penulis menyusun makalan ini untuk mengetahui bagaimana meresensi buku dan apa tujuan serta manfaat resensi buku.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa tujuan meresensi buku?
2. Bagaimana langkah meresensi buku?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk menelaah tujuan dari meresensi sebuah buku.
2. Untuk mengetahui cara-cara meresensi buku.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Resensi Buku
Resensi berasal dari bahasa Latin revidere atau reicensere artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai (1997:1). Meresensi buku berarti memberikan penilaian terhadap buku. Resensi buku di Indonesia memiliki banyak sekali istilah, yaitu; timbangan buku, bedah buku, tinjauan buku, pembicaraan buku. Meresensi buku juga bisa dijadikan sebagai cara paling praktis untuk menerapkan konsep mengikat makna dengan melanjutkan kegiatan membaca buku dengan menuliskan pemahamanmu atas buku yang kamu baca. (Hernowo, 2004: 4).
Resensi buku merupakan salah satu informasi tentang buku biasanya yang baru terbit dan yang dimuat di media massa cetak, surat kabar, dan majalah. Informasi fisik yaitu tampilan buku, judul, penulis/pengarang, penerjemah, penerbit, cetakan, tebal buku dan isi buku dapat diketahui dari resensi. Sebuah resensi harus memuat hal-hal sebagai berikut.
1. Data buku atau identitas buku
a. Judul buku. Jika buku yang akan diresensi adalah buku terjemahan, akan lebih baik jika dituliskan judul asli buku tersebut.
b. Penulis atau pengarang. Jika buku yang diresensi adalah buku terjemahan, maka harus disebutkan penulis buku asli dan penerjemah.
c. Nama penerbit
d. Cetakan dan tahun terbit
e. Tebal buku dan jumlah halaman
2. Judul Resensi
Judul resensi boleh sama dengan judul buku, tetapi tetap dalam konteks buku itu.
3. Ikhtisar Isi Buku
Dalam meresensi buku, seorang resentator harus menulis buku yang hendak diresensi. Ikhtisar adalah bentuk singkat dari suatu karangan atau rangkuman. Ikhtisar merupakan bentuk singkat karangan yang tidak mempertahankan urutan karangan atau buku asli, sedangkan ringkasan harus sesuai dengan urutan karangan atau buku aslinya. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat ikhtisar isi buku adalah sebagai berikut.
a. Membaca naskah/buku asli.
Penulis ikhtisar harus membaca buku asli secara keseluruhan untuk
mengetahui gambaran umum, maksud, dan sudut pandang pengarang.
b. Mencatat gagasan pokok dan isi pokok setiap bab.
c. Membuat reproduksi atau menulis kembali gagasan yang dianggap penting ke dalam karangan singkat yang mempunyai satu kesatuan yang padu.
4. Kelebihan dan Kekurangan Buku.
Penulis resensi harus memberikan penilaian mengenai kelebihan dan
kelemahan buku yang disertai dengan ulasan secara objektif.
5. Kesimpulan
Penulis resensi harus mengemukakan apa yang diperolehnya dari buku yang diresensi dan imbauan kepada pembaca. Jangan lupa cantumkan nama kamu selaku peresensi. (Koran Motivasi Edisi 01/September 2008).

B. Tujuan Resensi Buku
Adapun tujuan dari kegiatan meresensi buku, yaitu:
1. Membantu pembaca (umum) yang belum berkesempatan membaca buku yang dimaksud atau membantu mereka yang memang tidak punya waktu membaca buku. Dengan adanya resensi, pembaca setidaknya bisa mengetahui gambaran dan penilaian umum terhadap buku tertentu.
2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan buku yang diresensi. Dengan begitu, pembaca bisa belajar bagaimana semestinya membuat buku yang baik itu. Memang, peresensi bisa saja sangat subjektif dalam menilai buku.
3. Mengetahui latarbelakang dan alasan buku tersebut diterbitkan. 
4. Mengetahui perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang sama atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Peresensi yang punya “jam terbang” tinggi, biasanya tidak melulu melulu mengulas isi buku apa adanya. Biasanya, mereka juga menghadirkan karya-karya sebelumnya yang telah ditulis oleh pengarang buku tersebut, kalau tidak, biasanya juga menghadirkan buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Hal ini tentu akan lebih memperkaya wawasan pembaca nantinya.
5. Bagi penulis buku yang diresensi, bisa sebagai masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan selanjutnya karena tak jarang peresensi memberikan kritik yang tajam baik itu dari segi cara dan gaya kepenulisan maupun isi dan substansi bukunya.
C. Langkah-langkah Meresensi Buku
Tahap Persiapan
Memilih jenis buku : Tentu setiap orang mempunyai hobi dan minat tertentu pada sebuah buku. Pada proses pemilihan ini akan lebih baik kalau kita fokus untuk meresensi buku-buku tertentu yang menjadi minat atau sesuai dengan latarbelakang pendidikan kita. (hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa seseorang tidak mungkin menguasai berbagai macam bidang sekaligus). Ini terkait dengan ”otoritas ilmiah”. . Hal ini tidak berarti membatasi tau melarang-larang orang untuk meresensi buku. Tapi, hanya soal siapa berbicara apa.
Usahakan buku baru. Ini jika karya resensi akan dipublikasikan di media cetak. Buku-buku yang sudah lama tentu kecil kemungkinan akan termuat karena dinilai sudah basi dengan asumsi sudah banyak yang membacanya sehingga tidak mengundang rasa penasaran. Untuk buku-buku lama (yang diniatkan sekedar untuk berbagi ilmu) tetap bisa diresensi dan dipublikasikan misalnya lewat blog (jurnal personal).
Jangan lupa mengadakan orientasi terhadap pengarang seperti yang dikatakan Kustadi Suhandang yaitu dengan memenuhi rasa ingin tahu pembaca tentang buku-buku lain yang pernah ditulis oleh pengarang. Apakah buku itu sejalan dengan pekerjaan penulis dan apakah buku itu merupakan karya baru. (Suhandang, 2004:12)
Membuat anatomi buku. Yaitu informasi awal mengenai buku yang akan diresensi. Contoh formatnya sebagai berikut;

Judul Karya Resensi:
Judul Buku 
Penulis: Penerbit:
Harga:
Tebal:


Tahap Pengerjaan
Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang membedakan antara pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca bisa sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang peresensi, mesti membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku secara menyeluruh. Begitu juga mencatat kutipan dan pemikiran yang dirasa penting yang terdapat dalam buku tersebut.
Setelah membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud. Dalam karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal; informasi awal buku (seperti format diatas), dan tentukan judul yang menarik dan “provokatif”. Membuat ulasan singkat buku. Diskripsi garis besar isi buku.
Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik menilai sebuah buku.
Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan buku lainnya. Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca. Mengkoreksi karya resensi. Mengkoreksi kelengkapan karya, EYD dan sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap penilaian peresensi terhadap buku tersebut.
http://www.menulisyuk.com.
Tahap Publikasi
Karya disesuaikan dengan ruang media yang akan kita kirimi resensi. Seperti yang dipaparkan Handayani bahwa setiap media berbeda-beda panjang dan pendeknya. Mengikuti syarat jumlah halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah langkah yang aman bagi peresensi.( http://www.menulisyuk.com.). Menyertakan cover halaman depan buku. Dan mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya telah diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami buku jenis apa yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini untuk menghindari penolakan karya kita oleh redaktur.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh resensi buku berikut ini!
Contoh Resensi:
Judul : Pesona Barat: Analisa Kritis-Historis tentang Kesadaran Warna
Kulit di Indonesia
Penulis : Vissia Ita Yulianto
Penerbit: Jalasutra, Yogyakarta
Cetakan : 1, 2007
Tebal : xvii+170 halaman
KETERPESONAAN “TIMUR” TERHADAP “BARAT
Definisi “cantik” kini sudah mengalami pergeseran makna. Idealisme kecantikan yang terdapat dalam kakawin-literatur pada zaman budaya Jawa, belum mempunyai hubungan atau kontak dengan budaya Barat menunjukkan kecantikan diasosiasikan dengan alam, seperti bunga, gunung, laut, dan padanan lainnya.
Di era 1980-an, perempuan Indonesia tersihir dengan kosmetik lokal yang menjanjikan kulit kuning langsat bak putri keraton. Kini, cantik dinarasikan dengan warna kulit yang putih, badan tinggi semampai, dan wajah Indo. Hal ini terepresentasi dengan munculnya berbagai iklan yang menawarkan produk pemutih kulit dan wajah Bagi masyarakat, khususnya perempuan Indonesia, memiliki kulit putih bukan semata-mata karena warna kulitnya saja, tetapi juga semua simbol yang melekat padanya: prestise, percaya diri, superioritas, dan dipandang sebagai satu representasi “Barat”.
Buku ini menyajikan sebuah konteks bagaimana kolonialisme Belanda, refeodalisme rezim Orde Baru, dan kapitalisme global menjadi sebuah sinergi dalam membentuk kesadaran tentang dan perilaku terhadap warna kulit di Indonesia kontemporer. Di bawah kolonialisme Belanda, politik diskriminasi dan pemaksaan budaya mengakibatkan berakarnya mentalitas inlander (konsep rendah diri) dalam masyarakat pribumi. Menganggap “Barat” sebagai bangsa yang lebih unggul, merasa rendah diri di hadapan mereka, serta masih adanya mental inlander inilah yang dimaksud penulis sebagai keterpesonaan bangsa “Timur” yang “terjajah” terhadap “Barat”. (DEW/Litbang Kompas)
Sumber: Kompas, 26 Agustus 2007

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai ulasan yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Resensi buku adalah kegiatan untuk mengikat makna berbagai buku yang telah dibaca juga sebagai salah satu sumber informasi kepada pembaca untuk mengetahui isi dari buku yang akan dibaca.
2. Tujuannya untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan buku, sebagai alat pembanding buku antarpengarang atau dengan satu pengarang, untuk penulis yang bukunya diresensi bisa sebagai bahan masukan karya selanjutnya.
3. Ada 3 tahap dalam meresensi buku, yaitu tahap persiapan dengan memilih buku yang akan diresensi dan menyusun anatomi buku, tahap pengerjaan dengan menonjolkan sisi yang beda yaitu kelebihan buku tersebut dari buku lain juga tidak lupa disertakan kelemahannya, dan selanjutnya tahap publikasi dengan mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya telah diterbitkan sebelumnya.
B. Saran
Bagi mahasiswa meresensi buku bisa dijadikan sebagai wahana melatih keterampilan menulis, menuangkan ide dan pesan yang telah disampaikan penulis kepada pembaca dengan menggunakan bahasa sendiri yang tentunya agar mudah dipahami. 
Saran bagi dosen khususnya dosen Bahasa Indonesia untuk mengajarkan cara merensi buku yang baik dan benar serta memotivasi mahasiswanya untuk berkarya minimal dengan media resensi buku.

Daftar Pustaka
Daniel Samad.1997. Dasar-dasar Meresensi Buku. Jakarta: PT Grasindo
Handayani. 2009. “Tidak Sulit Meresensi Buku”. http://www.menulisyuk.com. (diakses 19 Februari 2009).
Hernowo. 2004. Mengikat Makna Untuk Remaja. Bandung: Penerbit MLC.
Kustadi Suhandang. 2004. Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi; Produk, & Kode Etik. Bandung: Penerbit Nuansa.
Muhamad. 2009. “Teknik Membuat Resensi”. http://muhamadnahwan.multiply.com. (diakses 19 Februari 2009).
Tutut. 2008. “Cara Meresensi Buku Pengetahuan dan Implementasinya”. Koran Motivasi Edisi 01/September 2008.

Jumat, 25 Januari 2013

Titik Dua Kurung Tutup

twew twew twew........
males aya kasieun aya semangat aya pikiran kamana daekna.....
tgas makro ekonomi buat tanggal 4 Februari 2013 belum dikerjakan sama sekali...
pulang kerja... pake kacamata.. nyalain laptop colokin modem.... buka redline... dan sejenak curhat dulu sebbelum fokus sama tugas.... 
gays help me... males ngerjain tapi mau selesai... hihi.... ora mungkin.... gelem ra gelem kudu di garap.... hahah #kata-kata orang jawa......

cuss... ah fokus fokus... 

@search di google tentang "KEBIJAKAN FISKAL KABUPATEN PANDEGLANG" ora ono hadeh....


garap pake endas sendiri ah... meskipun tugas kelompok se....



red red reeeeddddddddddddddd..................................

Things

Salah iya... memang..
tapi harus gimana lagi yang ada hanya tinggal sesal... kurangnya sifat manajement menjadi faktor alasan.. tapi apa guna jika hanya menyalahkan masa lalu dan merangkum semuanya dalam sesal...
Semua manusia tahu penyesalan bukan jalan. hanya tobat yang menjadi pilihan utama untuk memperbaikinya... Tuhan mudah2an mereka memakluminya atas apa yang telah terjadi pada hamba.. jika ingin jujur hamba juga tak punya niat untuk seperti ini.. siapa sih yang mau menghilangkan jejeak sang nabi..
Tapi apalah arti sebuah wacana jika tanpa realisasi...  sekarang semua sudah terjadi tinggal memperbaiki.. aku punya pikiran aku punya perasaan.... dimana dulu aku berpijak dimana aku memulai...
dan kini ku kembali pada ingatanku....
KLAK....KLAK...KLAK......
Hanya kata terimakasih dan maaf yang bisa kulakukan... tomat pun telah matang....

250113

Sabtu, 19 Januari 2013

Comparative Degree


Comparative Degree
Comparative adalah suatu nama yang diberikan untuk grammar yang digunakan untuk membandingkan dua orang, binatang, benda, atau hal. Comparative merupakan the second/middle degree of comparison (derajat perbandingan tingkat kedua) pada adjective dan adverb.  Adapun degree of comparison yang pertama adalah positive, sedangkan yang ketiga adalah superlative.
Cara Membandingkan Dua Orang, Binatang, Benda, atau Hal
Ada dua cara mendasar untuk membandingkan dua hal yaitu dengan menggunakan correlative conjunction as…as atau than. Pada perbandingan dengan menggunakan as…as, tidak ada perubahan bentuk adjective atau adverb yang digunakan atau menggunakan bentuk standar. Lain halnya ketika menggunakan than, adjective atau adverb yang digunakan telah mengalami perubahan bentuk.
Beberapa contoh penggunaan as…as dan than pada comparative degree (adjective) adalah sebagai berikut.
Contoh comparative degree menggunakan as…as dan than:
  • He is as brilliant as his sister.
  • Her money is not as much as your money.
  • My brother is more patient than I am.
  • I find running harder than swimming.
Perubahan Bentuk pada Comparative Degree (Adjective)
Regular Form
Adjective mengalami perubahan bentuk ketika digunakan sebagai perbandingan. Pada regular form, perubahan bentuk kata sifat ini mengikuti pola tertentu. Berikut penjelasan dan contoh comparative degree pada regular adjective.
Kondisi
Aturan
Contoh
Contoh Kalimat
One syllable (satu suku kata)
Adjective yang terdiri dari satu suku kata ditambahkan suffix (akhiran) -er. Biasanya terjadi double huruf consonant diujung kata pada kata yang berpola huruf diujung: consonant-vocal-consonant.
big-bigger, fat-fatter, hard-harder, hot-hotter, smart-smarter, quick-quicker
I am easier to forget a problem than she is.
(Saya lebih mudah melupakan suatu masalah daripada dia.)
The student is quicker to learn English than her friend.
(Siswa tersebut lebih cepat belajar bahasa Inggris daripada temannya.)
Namun jika adjective berasal dari past participle, lebih sering digunakan kata more (lebih banyak) atau less (lebih sedikit) didepan adjective tersebut.
bored-more bored, tired-more tired
The worker seemed more tired than the other.
(Pekerja tersebut tampak lebih lelah dari yang lain.)
More than one syllable (lebih dari satu suku kata)
Adjective yang lebih dari suku kata, ditambahkan kata more atau  didepannya.
beautiful-more beautiful, delicious-more delicious, dilligent-more dilligent, playful-more playful
This park looks more beautiful than the other park.
(Taman ini tampak lebih cantik daripada taman yang lain.)

He’s more interested in gardening than I am.
(Dia lebih tertarik berkebun daripada saya.)
Pada two syllables yang ber-ending -y, huruf “y” tersebut direduksi kemudian ditambahkan suffix -ier
cloudy-cloudier, easy-easier, happy-happier, lucky-luckier, pretty-prettier, tidy-tidier
Today is cloudier than yesterday
(Hari ini lebih mendung dari kemarin.)
This dress is prettier than that one.
(Gaun ini lebih cantik dari yang itu.)
Beberapa adjective dapat dibentuk dengan menambakan suffix -er
clever-cleverer, narrow-narrower, simple-simpler
The topic is more interesting than the last one.
(Topik tersebut lebih menarik dari topik sebelumnya.)
Your design is simpler than his design.
(Desainmu lebih sederhana dari desainnya.)

Irregular Form
Beberapa adjective yang memiliki bentuk irregular. Berikut contoh comparative degree pada irregular adjective.
Positive
Comparative
Superlative
bad
worse
worst
far
further
furthest
good
better
best
little
less
least
many, much, some
more
most
                  • RED